Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) hari ini tak lagi hanya berpusat pada nilai akademik semata. Dalam mempersiapkan siswa menghadapi tantangan global dan dunia kerja Abad ke-21, fokus telah bergeser ke pengembangan soft skill atau keterampilan non-teknis. Hal ini mendorong lahirnya Inovasi Program Ekstrakurikuler di SMP yang dirancang secara strategis untuk menumbuhkan keterampilan kritis seperti kolaborasi, komunikasi, kreativitas, dan berpikir kritis (4C). Sekolah-sekolah yang berhasil menerapkan Inovasi Program Ekstrakurikuler ini membuktikan bahwa pembelajaran di luar kelas adalah medium paling efektif untuk membentuk karakter tangguh dan adaptif pada diri remaja.
Salah satu bentuk Inovasi Program Ekstrakurikuler yang signifikan adalah penggabungan teknologi dengan kegiatan berbasis proyek. Di SMP Tunas Unggul, Kota Semarang, misalnya, program ekstrakurikuler “Makerspace dan Robotika” berjalan setiap Kamis sore. Program ini tidak hanya mengajarkan siswa merakit robot atau coding sederhana, tetapi juga menuntut mereka bekerja dalam tim kecil untuk menyelesaikan tantangan rekayasa yang spesifik. Mereka belajar manajemen proyek, mengidentifikasi masalah, dan menyajikan solusi mereka di hadapan penguji eksternal, yang seringkali melibatkan insinyur dari perusahaan teknologi lokal. Kegiatan ini secara langsung melatih kemampuan pemecahan masalah dan kerja sama tim.
Inovasi lain terlihat pada pengembangan keterampilan komunikasi publik dan kepemimpinan. Program “Youth Journalistic and Public Speaking” di SMP Al-Hikmah, Kabupaten Tangerang, misalnya, menggabungkan keterampilan menulis, wawancara, dan berbicara. Melalui program ini, siswa diinstruksikan untuk membuat buletin digital mingguan dan mengadakan talk show internal. Mereka bertanggung jawab penuh atas konten, desain, dan publikasi. Hasilnya, siswa tidak hanya mahir menyusun argumen yang logis, tetapi juga menjadi lebih percaya diri. Pada Sabtu, 9 November 2024, anggota klub jurnalistik ini bahkan berkolaborasi dengan Kepolisian Resor (Polres) Tangerang Selatan untuk meliput dan mempublikasikan kegiatan sosialisasi bahaya narkoba, memberikan mereka pengalaman nyata berinteraksi dengan instansi resmi.
Lebih dari sekadar keterampilan, Inovasi Program Ekstrakurikuler juga menyentuh aspek literasi finansial dan kewirausahaan sosial. Beberapa SMP mulai memperkenalkan Ecopreneur Club yang berfokus pada pengolahan sampah menjadi produk bernilai jual atau pengelolaan bank sampah sekolah. Di SMPN 3 Denpasar, Bali, klub ini rutin beroperasi setiap Selasa dan Rabu. Para siswa belajar tentang siklus bisnis, akuntansi sederhana, dan etika bisnis. Keuntungan dari penjualan produk daur ulang tersebut kemudian dialokasikan untuk kegiatan sosial atau peningkatan fasilitas sekolah, menanamkan jiwa kewirausahaan yang bertanggung jawab.
Pelaksanaan program-program inovatif ini tidak terlepas dari peran aktif guru pembimbing dan fasilitas yang memadai. Sekolah yang berhasil menonjol dalam pengembangan soft skill biasanya memiliki alokasi anggaran khusus untuk pelatihan guru pembimbing dan pembaruan alat praktik. Dengan menjadikan kegiatan di luar kelas sebagai wahana utama pengembangan soft skill Abad ke-21, SMP telah mengambil langkah proaktif dalam Meningkatkan Kapabilitas Relawan dan siswa sebagai individu yang siap bersaing, beradaptasi, dan berkontribusi secara positif di masa depan.
