SMP Negeri 2 Lumajang mengambil pendekatan unik dengan mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam Program Pendidikan intrakurikuler dan kokurikuler. Sekolah ini menyadari bahwa kekayaan budaya Lumajang, mulai dari Gunung Semeru hingga tradisi Jaran Kencak, adalah sumber belajar yang tak ternilai.
Integrasi ini bertujuan ganda: melestarikan budaya lokal dan membuat materi pelajaran lebih relevan. Siswa tidak hanya menghafal teori, tetapi mengaplikasikannya dalam konteks budaya mereka, memberikan makna lebih dalam pada Program Pendidikan.
Contoh nyatanya adalah pengenalan Batik Tulis Lumajang dalam pelajaran seni dan keterampilan. Siswa diajarkan teknik membatik, sekaligus memahami filosofi motif lokal. Ini menumbuhkan apresiasi terhadap warisan budaya.
Dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), kearifan lokal dihubungkan dengan geologi dan pertanian lokal. Siswa belajar tentang karakteristik tanah vulkanik Semeru dan dampaknya pada komoditas unggulan Lumajang seperti pisang.
Program Pendidikan ini didukung oleh proyek tematik yang melibatkan komunitas. Siswa melakukan wawancara dengan sesepuh adat dan pengrajin lokal, mengubah lingkungan sekitar menjadi laboratorium sosial dan budaya yang hidup.
Sekolah juga mengaktifkan Gerakan Sekolah Mengaji sebagai bagian dari kearifan lokal berbasis agama. Ini bukan hanya kegiatan keagamaan, tetapi upaya pembentukan karakter dan akhlak mulia sesuai nilai-nilai luhur masyarakat setempat.
Keunggulan dari Program Pendidikan berbasis kearifan lokal ini adalah pembentukan identitas siswa yang kuat. Mereka tumbuh menjadi generasi yang bangga akan daerahnya, sekaligus memiliki bekal pengetahuan kontekstual.
Inisiatif SMP Negeri 2 Lumajang ini membuktikan bahwa Kurikulum Merdeka dapat diejawantahkan secara mendalam. Dengan membumikan ilmu, sekolah berhasil menghasilkan lulusan yang cerdas, berkarakter, dan mencintai budayanya, siap berkontribusi pada pembangunan daerah.
