Mengelola kelas Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah tugas yang dinamis, dan salah satu Tantangan Pengelolaan Kelas terbesar yang dihadapi guru adalah menjaga fokus siswa yang sedang berada dalam masa transisi psikologis dan fisik yang intens. Rentang perhatian siswa SMP cenderung pendek, dan gangguan eksternal maupun internal dapat dengan mudah mengalihkan mereka dari materi pelajaran. Kegagalan mengatasi Tantangan Pengelolaan Kelas ini dapat berdampak langsung pada capaian akademik dan dinamika sosial di ruang kelas. Oleh karena itu, guru perlu mengadopsi strategi yang proaktif dan kreatif untuk menciptakan lingkungan belajar yang menarik dan meminimalkan distraksi.
Salah satu tips paling efektif adalah mengintegrasikan gerakan dan variasi dalam proses belajar. Daripada menggunakan metode ceramah pasif selama satu jam penuh, guru disarankan untuk memecah pelajaran menjadi segmen-segmen pendek, misalnya 15-20 menit materi diikuti oleh aktivitas aktif selama 5-10 menit. Aktivitas ini bisa berupa diskusi kelompok cepat, quiz interaktif, atau bahkan peregangan ringan. Perubahan aktivitas ini membantu “mengatur ulang” otak siswa dan menyegarkan kembali fokus mereka. Berdasarkan laporan Observasi Kelas yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota Semarang pada Semester Ganjil 2024, kelas yang menggunakan variasi metode ajar menunjukkan tingkat partisipasi aktif siswa hingga 70%, jauh lebih tinggi dibandingkan kelas yang hanya menggunakan metode ceramah.
Selain variasi metode, pengaturan fisik ruang kelas juga penting untuk mengatasi Tantangan Pengelolaan Kelas. Guru harus memastikan siswa yang memiliki kesulitan fokus duduk di barisan depan atau area yang dekat dengan guru. Menggunakan isyarat non-verbal yang disepakati bersama juga efektif; misalnya, guru dapat menyentuh meja siswa secara ringan atau membuat kontak mata sebagai pengingat tanpa harus menginterupsi jalannya pelajaran. Guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah disarankan untuk bekerja sama dengan guru mata pelajaran dalam membuat Individualized Education Plan (IEP) sederhana bagi siswa yang teridentifikasi memiliki kesulitan fokus tinggi. Rencana ini mungkin mencakup pemberian tugas yang lebih singkat atau waktu istirahat tambahan. Selain itu, guru perlu memastikan koordinasi dengan orang tua. Jika ada kasus siswa sulit fokus yang terus-menerus, guru perlu menjadwalkan pertemuan tatap muka pada setiap hari Kamis minggu pertama bulan baru dengan orang tua untuk menyusun strategi pengawasan terpadu di sekolah maupun di rumah.
